Kamis, 02 Desember 2010

Kisah Si Kumal dan Cita-citaku

Hari ini ia membuang lagi kucing yang baru saja ia buang tadi pagi...si kumal yang baru saja dipungutnya lagi 8 jam yang lalu. Alasannya, si kumal mencret sembarangan dan bertengkar dengan kucing putra mahkota di rumahnya.

Aku hanya sebagai penonton. Si kumal itu ditaruh di teras depan di tengah hujan deras. Si Kumal mengeong berkali-kali. Entah karena dingin, lapar, atau sedih karena ditolak lagi.
Ingin ku ambilkan kotak untuknya tidur. Tapi urung ku lakukan ketika suaranya tak terdengar lagi.
Memang aku tidak berbuat apa-apa. Aku yang mengeluh ini tidak berbuat sesuatu yang lebih baik.

Seandainya si Kumal muncul di rumahku, aku juga tidak tahu apa akan lebih baik nasibnya.

Tapi belum ada cerita kucing dibuang di rumahku. Biasanya mereka tidak nakal. Bahkan cenderung pemalu. Jika mereka bertengkar dengan kucingku, itu karena mereka belum kenal kan? Tak kenal maka tak sayang. Sama. Jika mereka mencret dimana-mana, dibersihkan. Berusaha obati mencretnya, mengganti susunya, taruh bak pasir di dekatnya. Tidak terlintas untuk membuangnya lagi. Apa jadinya ia jika kubuang lagi.

Kucing di rumahku sudah kuanggap adikku sendiri. Yang bisa ditimang-timang dan teman mengobrol saat sepi.

Sejak kecil aku bercita-cita. Memiliki rumah dengan kebun yang luas. Ditinggali beberapa ekor kucing jalanan yang berteduh dan mencari makan. Menggali lubang sedalam 1,5 meter di kebun guna membuang kotoran kucing-kucing itu. Tentu saja ditutup dengan tutup tong sampah biar kucing-kucing itu bahkan manusia tidak kejeblos ke dalam.

Agak susah mungkin mewujudkannya. Semoga suami dan anak-anakku nanti mendukungku..hheeehehee...

Si kumal kadang mengeong minta dikasihani...dan tidak ada harapan lagi baginya untuk masuk ke rumah. Empunya tidak peduli, mungkin ia juga bingung.

Semoga Allah memberikannya petunjuk dan melindungi si Kumal. Aku yakin Allah telah membagi rejeki makhlukNya dengan sempurna.
Subhanallah... Maha Besar Allah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar